Ketua Koi Indonesia

Ketua Koi Indonesia

SEMARANG (Awall.id) – Potensi ekonomi dari dunia ikan hias salah satunya Koi di Kota Semarang cukup besar. Hal ini dikarenakan, di Ibu Kota Jateng sudah banyak pecinta bahkan diler, yang menjual ikan berkualitas. Bahkan kota lumpia disebut bisa menjadi sentra penghasil koi seperti Blitar dan Sukabumi.

Ketua Asosiasi Pecinta Koi Indonesia (APKI), Santoso menjelaskan, jika Semarang punya potensi yang besar untuk menjadi pusat atau sentra koi di Indonesia, guna meningkatkanperekonomian pasca pandemi.

Namun harus ada cara yang dilakukan untuk memacunya, lanjut pria yang akrab disapa OmSan ini, harus dengan menggelar event show ikan koi. Sehingga akan muncul breeder atau peternak di Kota Semarang.

“Kalaudilihat banyak orang Semarang yang menjadi penghobi koi, dengan banyaknya showtentu akan memacu diler bahkan breeder untuk menghasilkan ikan yang cantik danindah,” katanya saat gelaran One Day Koi Show, yang digelar Semarang KoiSociety (SKS) di Gedung Gris, Sabtu (3/9/2023).

Om San menjelaskan, potensi ini bisa dimaksimalkan karena Semarang memiliki kontur yang unik. Selain pesisir, Ibu Kota Jateng punya daerah pegunungan yang bisa digunakan untuk membudidayakan ikan asal Jepang ini.

Menurutnya, dengan memanfaatkan potensi yang ada, bukan tidak mungkin Semarang bisa menjadi sentrakoi, dan bisa meningkatkan perekonomian.“Apa lagi setiap ikan ini nggak sama kayak manusia, nah ini bisa dikembangkan di Semarang atas dan semua tempat saya kira bisa dimanfaatkan,” tuturnya.

Sementara itu, ketua SKS, Novan Hary, menjelaskan dalam event One Day Koi Show kemarin, ada 738 ikan yang dibawa peserta dari berbagai kota yang ikut dalam perlombaantersebut.

“Tujuan kami adalah mengangkat kota Semarang menjadi sentra koi, dan sebagai penghasil koi agar bisa terjadi multiplayer efek, salah satunya mendongkrak perekonomian,” tambahnya.

Novan menjelaskan, para peserta sengaja datang untuk beradu kualitas, kontes ini juga bertujuan mendokrak pasar ikan koi Indonesia yang memiliki kualitas ekspor,yang harganya bisa mencapai hingga ratusan juta rupiah. Darisegi penilaian, lanjut Novan misalnya keindahan warna, kebugaran tubuh, bodi ikan proporsional serta ikan yang ikut kontes benar-benar sehat.

“Acara ini selain mempertemukan para pecinta ikan Koi tentunya dengan adanya kontes ikan koi ini akan meningkatkan popularitas dan juga nilai ekonominya,”pungkasnya.

Belanja di App banyak untungnya:

Sebanyak 837 ikan koi dari berbagai daerah di tanah air, bersaing untuk menjadi juara dalam All Indonesia Young Local Koi Show 2019 yang diselenggarakan Asosiasi Pecinta Koi Indonesia, di Taman Chandra Wilwatikta, Pandaan, Kabupaten Pasuruan, Sabtu (20/07/2019).

Festival Ikan Koi terbesar untuk kategori breeder tersebut dibuka langsung oleh Bupati Pasuruan, HM Irsyad Yusuf dan undangan lainnya.

Bashori Aly, Ketua Panitia All Indonesia Young Local Koi Show mengatakan, ratusan peserta bukan hanya dari kota/kabupaten di Jawa Timur saja. Melainkan hingga berasal dari Bali, Bogor, Jakarta, Kalimantan, Sulawesi dan daerah lainnya. Menariknya, jumlah peserta kali ini adalah terbanyak diantara semua event young local koi show di Indonesia.

“Luar biasa antusiasme pesertanya. Ini paling banyak mengalahkan event di Jakarta yang bisa menghadirkan hanya sampai 530 ekor koi. Pokoknya Pasuruan keren,” katanya.

Dalam perlombaan kali ini, setidaknya ada 3 varietas  dari 17 jenis ikan koi yang siap berkompetisi. Ketiga varietas tersebut diantaranya Gosanke yang terdiri dari koi jenis Kohaku, Taisho Sanshoku, dan Showa Sanshoku). Kemudian varietas melati yang terdiri dari Shiro Utsuri, Koromo, Gosikhi, Kinginrin A, Hikari Moyomono, Kawarimono, dan Doitsu). Serta varietas Anggrek yang terdiri dari jenis Hi/Ki Utsuri, Bekko, Shusui, Asagi, Kingrin B, Hikarimujimono, dan Tancho.

“Banyak sekali jenis ikan koi yang dilombakan. Semuanya ada jurinya masing-masing yang berasal dari pakar koi. Seperti Danny H Lianto, Agus Riyanto,Santoso, Jani Lauw, Johan Kustio, Gatut Nugraha, Henry Raharja, serta Andi Suryadi selaku APKI Certified Senior Judge. Mereka menilai koi dari bentuk tubuh, warna, ukuran, kualitas kulit, kesehatan dan artistic ikan itu sendiri,” tandasnya.

Lebih lanjut Bashori menjelaskan bahwa ikan koi yang diikutkan dalam festival kali ini adalah para petani koi dari Indonesia. Mulai dari ukuran 10-65 sentimeter. Apabila dalam kontes ditemukan koi impor, maka sudah pasti akan didiskualifikasi.

“Para juri sudah expert. Jadi pasti tahu mana ikan koi yang asli Indonesia atau impor. Kalau impor, koi nya punya badan yang lebih gemuk dan mulutnya lebih lebar dari mulut koi local,” tandasnya.

Sementara itu, Bupati Irsyad Yusuf menegaskan bahwa dengan adanya All Indonesia Young Local Koi Show 2019, setidaknya telah memberikan edukasi bagi warga Kabupaten Pasuruan pada khususnya. Utamanya karena potensi ikan koi sangat menjanjikan.

“Ikan koi ini memiliki potensi besar. Tak hanya produktifitasnya, tapi terpenting nilai artistik dan ekonominya. Plus memberikan pemahaman kepada masyarakat bahwa dengan budidaya ikan koi secara serius pasti akan menghasilkan sesuatu yang menjanjikan. kalau  Jika menang champion, bisa senilai harga miliaran rupiah per ekor nya. Karena yang terpenting, nilai jual ikan akan terus meroket setelah menang,” tegas Irsyad dalam sambutannya.

Irsyad berharap, kontes ikan koi ini akan menjadi agenda tahunan dan bisa masuk dalam kalender tetap dalam rangka Hari Jadi Kabupaten Pasuruan.

“Saya pastikan akan terus dilaksanakan setiap tahunnya dan jadi agenda resmi dalam rangka Hari Jadi Kabupaten Pasuruan,” singkatnya kepada Suara Pasuruan. (emil)

Jual ikan koi Blitar –Meski ikan ini memiliki nama yang berasal dari Bahasa Jepang, tetapi sebenarnya ikan ini tidak benar-benar berasal dari negara Sakura tersebut. Faktanya ikan koi dengan nama Latin Cyprinus carpio ini berasal dari kawasan Persia yang kemudian dibawa ke Jepang melalui China dan Korea.

Ketika di Jepang itulah ikan koi mengalami berbagai perubahan yang sangat signifikan terutama warna tubuhnya. Selama ratusan tahun penduduk Jepang membudidayakan ikan koi serta menyilangkannya dengan jenis ikan lain. Kemudian hasilnya seperti saat ini, muncul berbagai jenis ikan koi dengan warna yang variatif.

Adapun jenis ikan koi yang pertama kali dihasilkan dari budidaya tersebut memang berwarna variatif, tetapi setiap warna hanya bisa terbentuk pada satu individu. Beberapa warna ikan koi pada masa itu antara lain ikan koi hitam, putih, putih keperakan, merah, kuning, dan juga keemasan.

Kemudian seiring berjalannya waktu, satu individu ikan koi akhirnya bisa mempunyai dua warna. Jenis warna yang pertama kali terbentuk adalah ikan koi merah putih dan ikan koi hitam putih. Perkembangan warna tubuh ikan hias ini tidak berhenti, sebab tidak lama kemudian dihasilkan varietas dengan tiga warna.

Meski begitu hanya ada satu jenis kombinasi warna, yaitu hitam, putih, dan merah pada satu individu ikan koi. Selanjutnya perkembangan warna baru kembali terjadi atau disebut sebagai multi warna. Ikan koi multi warna ini memiliki warna dasar biru dengan bercak putih, merah, hitam, dan biru gelap.

Setelah itu ikan koi kemudian mulai disilangkan dengan ikan karper yang berasal dari Jerman pada sekitar tahun 1904. Ikan karper Jerman tersebut lebih dikenal dengan sebutan ikan karper tanpa sisik. Hasilnya adalah tubuh beberapa jenis ikan koi tidak memliki sisik.

Sejarah dan sebaran ikan koi di Indonesia dimulai ketika Pangeran Akihito dan Putri Michoko mengadakan kunjungan ke Indonesia pada tahun 1962. Kunjungan tersebut kemudian berlanjut ke Bogor untuk melihat secara langsung ikan mas Indonesia yang termasuk dalam ras Kumpay.

Ikan mas tersebut ternyata mempunyai nama spesies yang sama dengan ikan karper Jepang. Akhirnya sang pangeran berinisiatif untuk mengawinkan kedua jenis ikan yang berasal dari varietas Flavipinnis tersebut. Lalu pada tahun 1980 Balai Penelitian Ikan Air Tawar Bogor mengirimkan 60 ekor ikan mas berusia enam bulan ke Jepang.

Sekitar sepuluh tahun melewati tahap penelitian, pada tahun 1991 pihak Jepang kemudian mengirim kembali lima jenis ikan koi berbeda warna ke Indonesia. Kelima varietas ikan koi ini mempunyai jumbai pada bagian ekor dan sirip perutnya berukuran panjang. Bentuk inilah yang membedakan ikan koi Indonesia dan ikan koi Jepang.

Nama kelima ikan koi tersebut adalah Strain Sanke yang mempunyai tiga macam warna, Asagi dengan punggung berwarna biru dan perut berwarna putih, Shusui yang sepintas mirip Asagi tetapi punggungnya memiliki sisik, Kohako yang mempunyai warna merah dan putih, serta Platinum.

Baca juga : IKAN KOI MENJADI SIMBOL SEBUAH CINTA DAN PERSAHABATAN

Ada beberapa jenis ikan koi yang sebaiknya kita ketahui, bahkan diantaranya adalah koi dengan corak dan warna langka. Selain itu, ada jenis koi dengan harga fantastis dan menjadi yang termahal di dunia.

Koi goromo adalah kohaku dengan tepi biru atau hitam dengan tambahan warna merah. Goromo dibagi menjad 3 sub jenis, yaitu budo goromo, ai goromo dan sumi goromo.

Ogon adalah jenis koi berwana kuning keemasan. Jenis ikan ini sangat populer dikalangan kolektor ikan koi. Koi ogon terlahir dari persilangan antara koi berpunggung kuning dan shiro fuji.

Ikan koi kinginrin memiliki tubuh seperti ikan emas bewarna kuning.

Doitsu hariwake adalah jenis koi mewah. Tubuhnya berwana putih keperakan seperti mutiara. Pada beberapa bagian terdapat corak kuning yang menyebar, sedangkan siripnya berwarna putih keperakan.

Koi jenis ini hampi serupa dengan jenis sanke dengan topi merah diatas warna dasar abu-abu, meski pun jenis sanke cenderung berwarna putih.

Silahkan klik disini untuk dapatkan Ikan Koi Blitar Murah dan Super.

Koi Indonesia adalah meliputi sejarah ikan koi yang masuk ke Indonesia dan perkembangan hobi ikan Koi sampai di tahun 2020 ini. Saat ini komunitas pecinta ikan koi makin membesar dengan adanya berbagai kompetisi Ikan Koi.

Di Indonesia, ada dua versi sejarah yang menceritakan masuknya ikan Koi. Pertama, ikan koi mulai masuk ke Indonesia sekitar tahun 1991. Waktu itu, ketika Kaisar Jepang bernama Akihito memberi cinderamata puluhan ikan koi ke Presiden Republik Indonesia (RI) ke-2.

Versi kedua, dibawa oleh seorang penggemar ikan koi bernama Hani Moniaga pada tahun 1981-1982.[1]

Ikan Koi termasuk kedalam ikan dengan harga yang paling mahal dan disukai oleh banyak orang saat ini. Koi berasal dari keluarga ‘Carp’ atau ikan mas dalam bahasa Indonesia. Nishikigoi, atau koi dalam Bahasa Jepang berarti “Permata kehidupan” atau “brokat” (guratan). Sampai sekarang Jepang masih menjadi negara nomor satu sebagai memproduksi ikan koi negara dengan kualitas terbaik di dunia.[2]

Ikan koi merupakan salah satu komoditas ikan hias air tawar yang sampai saat ini masih diakui menjadi salah satu primadona di pasar internasional, tergolong ikan hias kelompok mahal. Selain itu, harganya relatif stabil.

Adapun, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mencatat, hingga saat ini jumlah ekspor ikan hias di Indonesia masih yang tertinggi di dunia. Hanya saja KKP merasa secara nilai masih kalah dengan negara tetangga, yaitu Singapura.

Badan Pusat Statistika (BPS) RI mencatat, ekspor ikan hias di Indonesia pada tahun 2017 mencapai US$ 27, 61 juta, atau tumbuh 12,5% dibandingkan tahun 2016 (US$ 24, 64 juta). Dalam 6 tahun terakhir, nilai ekspor tahun 2017 ini dianggap merupakan tertinggi dari tahun sebelumnya. Hal itu ditunjukkan, bahwa perdagangan komoditas ikan hias Indonesia terus mengalami perbaikan.

Sementara itu, 10 Provinsi yang menjadi pengekspor ikan hias terbesar pada tahun 2017 adalah Jawa Barat (27, 80%). DKI Jakarta (20,67%), Kalimanta Barat (17,31%), Bali (16,92%), Banten (6,46%), Kepulauan Riau (3,83%), Jawa Timur (3,57%), Kalimantan Selatan (1,56%), Sumatera Utara (0,38%), dan Sumatera Selatan (0,32%).

Untuk wilayah provinsi, pada tahun 2017 yang mengalami pertumbuhan positif nilai ekspor ikan hias yaitu DKI Jakarta, Kalimantan Barat, Banten, Kepulauan Riau, Jawa Timur, Kalimantan Selatan dan Sumatera Selatan. Sementara, untuk Provinsi Jawa Barat, Bali dan Sumatera Utara dianggap mengalami pertumbuhan negatif atau penurunan nilai ekspor.

Adapun untuk ekspor, ada 10 negara utama yang menjadi tujuan ekspor ikan Hias Indonesia. Diantaranya adalah China, USA, Japan, Singapora, United Kingdom, Taiwan, Jerman, Belanda, Korea dan Perancis.

Berdasarkan data BPS, pada 2018 terlihat bahwa ekspor ikan hias Indonesia 2017 lebih dominan diekspor ke China, yaitu mencapai 27,50 persen dari total nilai ekspor ikan hias di Indonesia. Tahun 2017 nilai ekspor ikan hias ke China juga dianggap mengalami pertumbuhan sebesar 23,67 persen dibandingkan tahun 2016.

Usaha ikan koi skala rakyat di Kabupaten Sumedang dan Kabupaten Bogor, memperoleh donasi sejumlah telur bloodline dari turunan ikan koi anakan juara dunia tahun 2013, Mulan Legend dari perkawinan dengan ikan koi kelas dunia Hiryu. Dengan donasi tersebut, diharapkan dalam setahun, usaha breeding ikan koi di Sumedang juga mampu memperoleh indukan bloodline yang berasal dari perkawinan anaknya juara dunia dan ikan kelas dunia, mengikuti yang lebih dahulu sudah sukses di Kabupaten Bogor. Breeder ikan koi skala lokal di Kabupaten Sumedang yang memperoleh telur bloodline dari anaknya Mulan Legend hasil perkawinan dengan Hiryu, adalah Taufik (Sumedang Fish Farm), Desa Padasuka, Kecamatan Sumedang Utara. Sedangkan dari Kabupaten Bogor, adalah Saumudin (Udin Koi) di kaki Gunung Salak, yang sudah memiliki banyak indukan ikan koi dari turunan juara dunia dan kelas dunia dan menjadi koordinator penyebaran calon indukan kualitas dunia tersebut. Presiden Klub ZNA Bandung Chapter, Hartono S, yang juga pemilik Mulan Legend serta penggagas beberapa kali penyebaran bloodline ikan koi kelas dunia tersebut, di Bandung, Selasa 31 Mei 2016 malam menyebutkan, donasi telur ikan koi bloodline hasil perkawinan anaknya Mulan Legend dengan Hiryu, sudah dilakukan di Bandung, Minggu 29 Mei 2016 lalu. Sedangkan ikan koi Hiryu, adalah milik Yanto Wijaya yang juga anggota klub ZNA Bandung Chapter.[3]

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Koi (鯉, , bahasa Jepang: [koꜜi]) atau secara spesifiknya koi berasal dari bahasa Jepang yang berarti ikan karpet. Lebih spesifik lagi merujuk pada nishikigoi (錦鯉), yang kurang lebih bermakna ikan karpet yang bersulam emas atau perak. Di Jepang, koi menjadi semacam simbol cinta dan persahabatan. Ini karena koi merupakan homofon untuk kata lain yang juga bermakna kasih sayang atau cinta. Ikan Koi adalah sejenis ikan yang termasuk carp amur (Cyprinus rubrofuscus) yang mempunyai ornamen yang menarik dan jinak. Seringkali ikan ini dianggap varian dari ikan mas (Cyprinus carpio) padahal secara genetik berbeda keduanya berbeda. Koi biasanya dipelihara sebagai hiasan dengan tujuan keindahkan dan keberuntungan di dalam rumah dan luar rumah (kolam koi atau taman air, karena ikan koi dipercaya membawa keberuntungan. Karena ikan koi berkerabat dengan ikan mas, dan oleh karena itu di Indonesia banyak orang menyebutnya ikan mas koi.

Jenis ikan koi dibedakan tergantung dari warnanya, polanya, dan ukurannya. Beberapa unsur warnanya adalah putih, hitam, merah, kuning, biru, dan krem. Jenis koi paling dikenal adalah jenis ''Gosanke'', yang terdiri dari Kohaku, Taisho Sanshoku, and Showa Sanshoku.

To ensure our products meet food safety standards, our ingredients are sent for SGS testing 3-5 times annually, with some items such as tea leaves being tested as often as once per month.